Oleh:
Ayu Setya Ningrum
Dina Sari
Khairi Yanur
Kurnia Enggar S.
Ma'rifah
Nurhidayah
Siti Maimunah
Disebuah desa ada sepasang suami
istri yang bernama Pak Purnomo dan Bu Lastri. Dari awal mereka menikah banyak
kejadian memilukan dalam hidupnya.
Dalam pernikahannya dia memiliki 3 orang anak. Pada saat anak pertama,
anak tersebut normal dia diberi nama Dewi. Siaat anak kedua lahir dia berjenis
kelamin laki-laki dia diberi nama Iwan. Dan saat anak ketiganya lahir sayang
anak tersebut tidak terlahir dengan normal dia terlahir hanya sebesar botol
tanggung anak tersebut hanya seberat 1,8 kg dan setinggi 35cm.
Kedua pasangan suami istri itu sangat terpukul atas keadaan fisik anak
tersebut dan berharap keajaiban Tuhan berpihak pada anak ketiganya tersebut. Ternyata
harapan mereka pun sia-sia Tuhan mengabulkan harapannya ternyata anak tersebut
tumbuh dengan normal walau ia terlahir tidak normal. Anak itu bernama Ishak.
Pada awalnya Bu Lastri dan Pak Purnomo itu sebenarnya adalah orang kaya.
Tetapi karena ulah Pak Purnomo yang sering menghambur-hamburkan uang-uang dan
hartanya untuk berjudi dan bersenang-senang akhirnya dia pun kehabisan
hartanya.
Pada sekitar tahun 2001 dia pergi merantau kesalah satu Provinsi yaitu
KalSel dia meninggalkan istri dan ketiga anaknya tersebut. Lantaran dia tak
kuasa atas keadaan yang penuh hutang disana, dia mencoba untuk berubah dan
berusaha menebus kesalahannya kepada keluarganya.
Dia pun mengadu nasib di KalSel berharap dapat menebus semua hutang-hutangnya
yang telah ia tinggalkan. Dia pun selalu berusaha dan berdo’a ternyata dia
berubah begitu pesat karena dia sadar, mencari seribu uang itu sangatlah sulit
membutuhkan beribu-ribu curahan keringat. Akhirnya berka keringat kerja keras
dan do’anya dia pun bisa membeli rumah didesa tersebut.
Pada sekitar tahun 2003 dia menyuruh anak dan istrinya untuk ketempat
dimana dia bisa merubah kembali keadaannya dan saat itulah istri dan
anak-anaknya datang kedesa tersebut. Anak mereka pun sudah remaja semua. Pak Purnomo
sangat senang karena itu dia lebih giat mencari nafkah untuk menciptakan
senyuman-senyuman manis dari anak-anak dan istrinya. Karena Dewi telah merasa
cukup bisa membantu ayahnya bekerja dia pun meminta izin kepada kedua orang
tuanya untuk membantu ayahnya mencukupi kebuTuhan keluarga dan kebuTuhan
adik-adiknya yang sedang bersekolah. Akhirnya Pak Purnomo pun mengizinkan
anaknya tersebut walau dalam hati sesal karena melihat anak pertamanya tidak
bisa melanjutkan sekolahnya karena keadaan uang naik turun. Dewi pun mencari
pekerjaan, di akui memang sulit mencari pekerjaan sedang iahanyalah seorang
wanita dengan pendidikan SMA, itu pun belum lulus tetapi ia malah memutuskan
untuk berhenti dan melanjutkannya dengan bekerja berharap untuk dapat membantu
mengurangi tanggungan ayahnya.
Dia pun mendapatkan pekerjaan tak sebanding, tetapi ia tetap bersyukur
atas pekerjaan itu. Pekerjaannya adalah sebagai pembantu rumah tagga walau ia
hanya bekerja sebagai itu dia cukup bahagia karena menurutnya walau pun itu
hanya pembantu tetapi dalam fikirnya tidak masalah selama itu merupakan
pekerjaan yang halal. Pak Purnomo dan Bu Lastri pun bangga melihat semangat
anaknya tersebut, sedang bu Lastri dan pak Purnomo didesa trsebut menjadi
seorang petani.
Pada suatu hari sempat terjadi perkelahian yang hebat antara bu Lastri
dan pak Purnomo itu dikarenakan himpitan ekonomi sampai-sampai sempat bu Lastri ingin mengakhiri
hidupnya dengan cara meminum racun.
Tetapi niatnya tersebut diketahui oleh Dewi, Dewi pun gegas berteriak
menghentikan tangan ibunya yang sudah memgang racun itu dan Dewi pun
pelan-pelan membujuk ibunya agar ibunya tidak bertindak bodoh.
Memang benar kehidupan itu sangat kejam, bahkan karena uang pun
seseorang bisa lupa diri sampai ingin mengakhiri hidupnya. Ternyata didunia ini
yang paling kejam tidaklah lain, tidaklah bukan adalah uang, uang dan uang.
Dewi adalah gadis yang begitu cantik
banyak laki-laki didesa itu yang mengharapkan cinta dari Dewi. Sehingga tidaklah heran
banyak yang sakit hati karena ditolak oleh Dewi, karena Dewi sendiri merupakan
gadis apa adanya, pendiam, dan cuek. Banyak laki-laki yang mencintai Dewi
tetapi kecewa atas sikap Dewi.
Sementara itu dalam pekerjaannya dia mendapatkan majikan yang luar biasa
baiknya, majikannya tersebut telah menganggap Dewi sebagai anaknya sendiri dia
tak pernah menganggap Dewi sebagai pembantunya karena dia tahu bahwa Dewi
merupakan gadis yang sangat baik.
Akhirnya didesa Dewi pun menjalin kasih dengan laki-laki didesanya.
Laki-laki tersebut sangat mencintai Dewibegitupun
sebaliknya Dewi pun sangat mencintai laki-laki tersebut. Tetapi ternyata Tuhan
berkata lain hubungan Dewi putus ditengah jalan setelah niatnya ingin bersama-sama
menjalin rumah tangga berdua. Saat itu laki-laki tersebut sangat kecewa pada keputusan Dewi, bisa dibilang dia sangat
dendam pada Dewi.
Pada saat itu dunia memang selalu berputar dirumah keadaan ekonomi
kembali mengguncang rumah tangga kedua orang tua Dewi. Saat terpuruk itu Pak
Purnomo dikenalkan bisnis oleh temannya sendiri, pak Purnomo sangat tergiur
akan tawaran bisnis temannya tersebut pak Purnomopun segera mencari solusi apa yang harus dia lakukan agar bisa
mengikuti bisnis temannya tersebut. Pak Purnomo pun berbuat nekat, dia berani
meminjam uang di bank sebesar 30 juta
dan menjual sawah-sawahnya sehingga pak Lasmana pun mempunyai uang yang cukup.
Pak Purnomo pun berharap untuk berhasil ternyata keinginan pak Purnomo pun
hanya khayalan belaka, ternyata apa yang dibayangkan tak sesuai dengan
kenyataan. Pak Purnomo hanya bisa gigit jari karena orang yang dipercayanya
ternyata kabur membawa uang-uang pak Purnomo.
Dewi dan bu Lastri sangat kecewa dengan pak Purnomo, karena selama
mengikuti bisnis itu pak Purnomo tidak pernah cerita pada bu Lastri dan Dewi,
sehingga Dewi dan bu Lastri sangat terkejut mendengar pengakuan pak Purnomo
tersebut.
Pak Purnomo pun sangat setres
pada keadaan itu, dia sangat menyesal dan bingung karena apa yang harus dilakukannya sedangkan
hutangnya di bank selalu berbunga dia pun semakin pusing memikirkan semua itu.
Akhirnya karena merasa sangat tertekan
pak Purnomo pun kabur lagi, kali ini dia pergi keluar negeri berharap
mendapatkan pekerjaan yang dapat mencukupi untuk membayar hutang-hutangnya
tersebut.
Sedabgkan di Indonesia Dewi selalu berusaha untuk membayar hutang-hutang
ayahnya di bank. Seberapalah gajih seorang pembantu, itu pun membuat Dewi tak
sempat mencari dan berfikir untuk menikah, karena menurutnya sebelum dia
melunasi hutang-hutang ayahnya dia tak ingin menikah dulu. Bu Lastri pun sangat
kasihan melihat Dewi karena tahun ketahun umur Dewi pun bertambah bu Lastri
takut jika Dewi tidak menikah-menikah.
Akhirnya bu Lastri pun selalu menyuruh Dewi untuk segera menikah karena
mengingat usia Dewi yang tak lagi muda. Dan Dwei pun mengabulkan keinginan
ibunya, dia mengenalkan seorang laki-laki yang bernama Ivan ke ibunya dan
ibunya pun setuju. Dan Dewi pun menikah bersama Ivan tanpa disadari ini
merupakan awal penderitaan Dewi. Di saat Dewi hamil dia merasakan sakit yang
tidak wajar pada pipi kanannya. Hal itu pun semakin menjadi-jadi pada saat ia
melahirkan anaknya dia selalu merasakan sakit yang tidak wajar di pipinya.
Sesudah anaknya lahir Dewi hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur,
setiap saat setiap waktu Dewi selalu merasakan sakit-sakit yang tidak wajar,
tetapi suaminya selalu setia mendapingi Dewi yang sedang sakit. Hari-hari dia
lalui, minggu-minggu ia lalui, sampai bulan-bulan ia lalui Dewi tak pernah bisa
menggendong anaknya karena penyakit yang tak wajar itu telah menggrogoti
tubuhnya. Tubuhnya pun kurus kering seakan hanya tulang yang ditempeli kulit
tanpa daging begitulah keadaan Dewi.
Berbagai pengobatan telah dilakukan bahkan dia sudah dirawat di Rumah
Sakit selama 2 bulan tetapi dokter selalu tidak berhasil mengidentifikasi
penyakit Dewi. Keadaan pun semakin membingungkan, memang banyak yang tak
percaya jika ilmu hitam itu tidak ada, tapi perlu kalian tahu ilmu hitam itu
ada. Ilmu hitam bukanlah cerita dongeng tetapi itu nyata telah di alami Dewi.
Akhirnya karena kehabisan biaya Ivan pun membawa Dewi pulang dan
melakukan pengobatan alternatif saja. Tetapi itu sia-sia tak ada satu pun yang
bisa menyembuhkan Dewi. Keluarga hanya bisa pasrah atas penyakit Dewi. Dewi pun
juga pasrah atas keadaan yang tak bisa apa-apa dan hanya bisa terbaring lemas
diatas kasur, ia hanya bisa tersenyum karena melihat anak yang dilahirkannya
sudah mulai belajar berjalan. Hanya senyuman anaknya yang menumbuhkan semangat Dewi
sembuh lagi, walau kesempatan sembuh hanya 1% saja, tetapi dia tetap optimis.
Akan tetapi sakitnya hari kehari semakin tidak wajar, sakit tersebut
makin menjadi-jadi sesekali dia berkata kepada ibunya bahwa dia sudah tidak
kuat merasakan sakit itu, tetapi ibunya selalu menyemangati Dewi.
Berbagai cara dilakukan kembali tetapi
sama saja selalu tidak pernah bisa menyembuhkannya. Bahkan harta yang tersisa
telah habis digunakan untuk pengobatan Dewi yang tak ada hasilnya.
Akhirnya semua harapan sirna pada tanggal 13 mei 2013 Dewi pun meninggal
dunia semua keluarga berusaha ikhlasmenerima kepergian Dewi karena keluarga
telah lelah melihat Dewi yang setiap hari selalu merasakan sakit yang tak wajar
itu.
Dewi meninggalkan seorang anak yang berusia 1 tahun. Sungguh apakah
Allah mempunyai rencana lain tiada lain dalam angan keluarga berharap semoga
anak Dewi bisa menjadi orang yang sukses walau anak tersebut belum pernah
merasakan hangatnya pelukan seorang ibu dan nikmatnya meminum ASI seorang ibu.
Sedang yang membuat pilu ayah dewi yang berada diluar negeri sampai sekarang
dia tak tahu bahwa anaknya dewi meninggal dunia.
Semoga anak itu bisa menjadi orang yang
berhasil kelak, dan arwah dewi berada ditempat terbaik disisi Allah.
Amiiiiin...!!!!
0 komentar:
Posting Komentar