Oleh:
Iksan Mahendra A.
Arif Rizky
M. Darmansyah
M. Muda
Suara desiran
air terdengar dibawahnya dan suara motor saling bersahutan diatasnya,,kini
tempat bernaungnya pun tak mampu menahan terik sinar metahari hingga kini
panasnya seakan membakar kulit.
Sebut saja namanya Cecep.Hari itu perut
Cecep begitu sakit, seakan-akan cacing diperutnya berontak meminta makan.Memet
tau perutnya sakit lantaran dua hari ini perutnya tidak terisi nasi, Cecep baru
berumur 12 tahun, dia hidup hanya berdua dengan adiknya yang bernama Memet
dengan usia 7 tahun, mereka hanya berdua karna kedua orang tuanya meninggal
akibat banjir bandang yang terjadi 3
tahun yang lalu. Cecep pun harus menghidupi adiknya.
Hari itu kira-kira pukul 12.00
adiknya menangis,Cecep pun bingung mengapa adiknya menangis. Cecep bertanya
kepada adiknya.
“ Memet kenapa kamu
menangis ?” Tanya kakanya sambil kebingungan.
“Kakak perut memet sakit
seharian ini Memet belum makan kak !” Memet menjawab sambil menangis.
“ kakak akan mencarikan
kamu makanan tapi kamu jangan kemana-mana ?”
“baik kakak Memet akan
menunggu kakak dirumah”
Cecep pun langsung mengambil karung
dan pergi. Cecep kini berjalan sebari mengais sampah yang ada di jalanan sambil
menahan sakitnya perut karna sudah dua hari belum makan. Cecep terus mengais
sampah sambil berharap dapat mengumpulkan sampah dengan banyak agar nanti
ketika menjual berharap dapat membelikan makanan untuk adiknya.
Tak terasa Cecep sudah 5 jam lebih
berbaur dengan tumpukan sampah namun hasil
yang didapatnya tidak banyak. Namun karna Cecep khawatir dengan adiknya dirumah
akhirnya memet memutuskan untuk pulang dan menjual hasil yang didapatnya tadi.
Setelah sampai dipengepul memet
langsung menimbang hasil jerih payahnya. Namun Cecep hanya bisa diam karna
jerih payahnya hari ini hanya dihargai Rp.2.000 saja, Cecep pun bingung uang
yang segitu mau untuk apa. Mau membeli beras tak cukup lalu dia hanya membeli
kerupuk dan garam saja.
Diperjalanan pulang memet masih
berfikir, hari ini dia dan adiknya makan apa. Setelah lama berjalan ia melihat
sebuah pabrik keripik singkong dia berfikir ingin membantu di pabrik itu dengan
harapan diberi singkong untuk mengganti nasi.tapi sayang nasib berkata lain
orang pabrik tidak membolehkan anak kecil itu ikut membantu dengan alasan belum
cukup umur.
Cecep pun ingat almarhum ibunya dulu
pernah makan kulit singkong untuk pengganti nasi. akhirnya Cecep mencari dimana
tempat pembuangan di pabrik itu. Ia mengambil kulit kulit singkong yang masih
bisa ia gunakan untuk makan. Akhirnya setelah mengambil kulit singkong itu ia
pulang.
Sesampainya Cecep dirumah ia
langsung melihat adiknya, Cecep meneteskan air mata karena melihat adiknya kelaparan hingga ia tertidur
sambil memegang perut. Cecep langsung kedapur untuk mencuci kulit singkong tadi
samapai bersih.
Cecep masih saja menangis dia ingat
saat bersama ibu dan ayahnya ketika merasa susah senang, namun kini semuanya
berubah, kini mereka hanya berdua. Kini ia hanya bisa menangis dan berjuang
melawan kerasnya hidup bersama adiknya.
Sekarang ia memarut kulit singkong
tadi sampai semuanya halus. namun air matanya terus saja mengalir hingga
menetes di parutan singkong tadi seakan singkong tadi dibumbui oleh rasa
haru.setelah itu ia mengukus kulit singkong tadi yang sudah diparutnya. Selagi
menunggu singkong yang dikukusnya tadi ia mebersihkan diri di sungai.
Tak terasa sang fajar kini mulai
redup seiring tanda berakhirnya perjuangannya hari ini. Ia pun bergegas
sholat,ia masih ingat kebesarannya
dan bersyukur kepada tuhan atas apa yang
didapatnya hari ini meskipun hanya kulit singkong. Setelah sholat dan berdoa ia
membangunkan adiknya dan menajaknya makan malam. Adiknya pun bertanya kepada
Cecep.
“ Kakak hari ini kita makan apa ?”
Cecep lalu menjawab.
“ Kakak gak bisa memberikan lebih,
kita hari ini hanya makan kulit singkong dengan lauk kerupuk dan garam.” Tapi
adiknya tersenyum dan bahagia walaupun hanya makan seadanya.
Cecep berkata pada adiknya. “ memet
hari ini kita sukuri apa yang ada kita berdoa saja semoga besok kita ditambah lagi kenikmatan nya amin.” Mereka
pun melanjutkan makanya.
Cecep menangis ketika sedang makan,
melihat adiknya begitu lahap makan walaupun hanya dengan kulit singkong dan
kerupuk saja . Adiknya pun bertanya “ kakak kenapa menangis ?” Cecep menjawab “
kakak ga papa de.” Padahal didalam hati Cecep berkata, sungguh malang nasib
adik ku ini seharusnya ia tidak boleh
merasakan pahitnya hidup ini iya hanyalah seorang anak kecil.
Malam itu terasa dingin dan gelap
hanya ada lilin yang menerangi mereka. Malam kian larut adiknya pun tertidur
walaupun hanya beralaskan kardus-kardus bekas tetapi adiknya begitu nyenyak
tertidur. Cecep pun menyelimuti adiknya dengan selimut yang penuh tambalan.
Kini Cecep pun mulai merasa lelah
karna seharian ia bekerja untuk mencari makan untuk dia sendiri dan adiknya,
Cecep pun tertidur pulas karna kecapean.
Mereka tak sadar kalau lilin tadi
tak sempat mereka matikan, dan naasnya lilin tadi terkena tumpukan kain.
Akhirnya api menyala dengan cepat namun untungnya Cecep sadar kalau didalam rumahnya
terasa begitu panas dan akhirnya Cecep terbangun ia terkejut melihat api yang
menyala besar ia langsung membangunkanadiknya “ memet cepat bangun rumah kita
terbakar sambil berteriak kebakaran-kebakaran “ adiknya pun terbangun dan
terkejut cecep langsung menggendong adiknya dan berlari keluar rumah. Sayang
sekali mereka tidak bisa menyelamatkan apa-apa. Api begitu cepat orang pun
sudah berusaha memadamkan api namun tidak bisa karna rumahnya terbuat dari
kayu.
Kini api pun mulai padam namun tak
ada lagi yang dapat diselamtkan karna rumah habis terbakar yang tersisa
hanyalah baju dan celana yang melekat dibadannya. Adik Cecep menangis melihat
rumahnya terbakar. Cecep begitu menyesal dan tak dapat berkata apa-apa karna satu-satunya
peninggalan dari orang tuanya yaitu rumah tua penuh lubang itu terbakar karna
kecerobohannya. mereka berdua pun menagis melihat rumahnya rata dengan tanah.
Mereka berdua menangis tak
henti-hentinya sambil berpelukan. Kini sang fajar mulai timbul. Mereka bingung
harus kemana lagi mereka pergi, mereka sebatang karang tanpa rumah dan
keluarga.mereka seperti ranting yang terapung terguncang ombak ditengah laut
tanpa tujuan.
Tapi Cecep tak pernah putus asa
dengan semuanya dia kini mulai bangkit kembali dan dia menasehati adiknya agar
bisa tabah dan sabar. Namun adiknya bertanya “ kakak lalu kita sekarang tinggal
dimana ? kita tak mempunyai keluarga kakak” Cecep pun menjawab dengan sabar dan
senyuman “ kita tak perlu khawatir adik ku kita bisa tidur dimana saja yang
penting kita jangan menyerah kita terus berjuang melawan kerasnya hidup adik
ku” mereka berdua pun kini mulai melupakan kejadian tadi malam dan menghapusnya
dengan semangat dan senyuman.
Cecep pun mengajak adiknya untuk
ikut bersamanya untuk mengais rejeki
dengan harapan hari ini mereka bisa makan.” Memet ayo ikut kaka kita mencari makan”memet pun menjawab dengan senyum lebar “ iya kakak
ayo.semangat kakak.”mereka berdua pun berjalan sambil mengais sampah-sampah
yang masih bisa didaur ulang.
Kini perut mereka pun mulai
kelaparan, mereka bingung harus makan apa. Cecep pun berusaha mencari makanan
tapi mereka berdua tak memiliki uang. Jadi Cecep mencoba mencari di baksampah
barang kali ada sisa makanan yang masih bisa mereka makan.
Samapi di komplek perumahan elit,
mereka mencari makanan di baksampah-baksampah, ternyata mereka mendapatkan nasi
kotak yang didalamnya masih baik dan layak dimakan. Cecep pun berkata kepada
adiknya “ memet kamu mau gak makan nasi ini soalnya hanya ada ini yang bisa
dimakan hari ini kakak gak bisa beli makanan karna kakak tidak punya uang
sedikit pun.?” Adiknya pun hanya tersenyum “ kakak kita sukuri apa yang ada
sama seperti ucapan kakak kemaren,mudahan saja besok kita akan diberikan rezeki
yang lebih ”
Mereka berdua pun kini makan dengan
lahapnya karna seharian belum makan dan berjuang di tengah panasnya terik
matahari. Tak terasa sudah jam untunk pulang padahal mereka belum banyak sampah
yang didapatnya. Tapi karna kasian dengan adiknya ia memutuskan untuk berhenti.
Malam ini mereka akan tidur di emperan ruko-ruko.
Mereka berniat akan menukarkan hasil
jeripayahnya berdua kepengepul besok.
kakak memet hanya menangis melihat adiknya ikut seperti ini tapi mau
apalagi. adiknya sudah tertidur dan iya menutupkan kardus itu ke adiknya agar
tidak kedinginan. Ia pun mulai tidur juga, untuk mengumpulkan tenaga buat besok
lagi mencari secerca harapan.
Pagi pun telah datang mereka berdua
pun siap-siap untuk kembali berjuang diantara tumpukan sampah guna berharap
mendapatkan lembaran-lembaran rupiah untuk bisa mengisi perut mereka berdua.
Mereka berdua selalu tersenyum
walupun kenyataannya hidup mereka pilu, tapi entah apa yang mebuat mereka yakin
bahwa kebahagiaan pasti akan datang suatu hari nanti pada mereka. Cecep
memanggil adiknya untuk beristirahat sejenak “ memet ayo sini kita istirahat
dulu baru kita nanti lanjutin lagi “sebari beristirahat Memet bertanya kepada
kakaknya.” Kakak bagai mana kalau kita habis ini mengamen kan hitung-hitung menambah uang kita
kakak” lalu Cecep bingung ko bisa dia
berfikir seperti itu. “ bener kamu de tapi, sebenarnya kamu mau apa ?” Cecep begitu penasaran namun
memet hanya menjawab “ tidak ada apa-apa kakak”.
Mereka pun setelah beristirahat
mereka melanjutkan kembali perjuangannya
mencari lembar rupiah. Cecep masih memikirkan kata-kata adiknya tadi.hingga
suatu ketika cecep diam-diam mengawasi memet. Ternyata ketika waktu istirah dia
bekerja mencari sampah ternyata memet memerhatikan anak yang sedang bermain
mobilan remot kontro. Sejak saat itu,
Cecep tau apa yang diinginkan adiknya.semenjak itulah Cecep berubah bahkan
Cecep sekarang diam-diam menyisihkan uangnya untuk membelikan adikny mobil
remot kontro.Cecep tak pernah marah dengan memet karna ia tau kalau memet masih
anak-anak perlu kasih sayang.
Akhirnya seelah lama mengumpulkan
uang Cecep langsung membelikan mobil remot kontrolnya..” adik ku ini kakak
punya hadiah, tapi kakak minta maaf baru bisa memberikannya sekarang.”muka
Memet pun terlihat begitu gembira,ia langsung membuka isi hadiah nya, betapa
terkejutnya Memet karna apa yang diinginkannya selama ini sudah ada didepan
matanya.” Terima kasih kakak, kakak sudah membelikan adik mobil remot control
yang selama ini adik inginkan, kakak ini memang kakak yang super baik .”
adiknya pun menangis sambil memeluk kakaknya karna merasa bahagia. Kakaknya pun
tersenyum melihat adiknya bahagia walaupun Cecep harus berpuasa menahan lapar,
untuk memenuhi keinginan adiknya.
Dengan penuh semangat mereka berdua
melanjukan kegiatan rutinya mengumpulkan sampah. Setelah banyak sudah terkumpul mereka membawa hasil jerih
payahnya selama tiga hari itu ke pengepul.hari ini mereka kembali bahagia karna
mendapat hasil yang banyak yaitu Rp.20.000. mereka tak henti-hentinya bersyukur atas apa yang didapatnya hari ini.
Mereka berencana untuk pergi ke warung untuk membeli nasi uduk
karna perut mereka sudah kembali minta diisi. Mereka pun kini berjalan berdua
dengan raut muka bahagia, belum sampai diwarung mereka bertemu dengan pereman.
Uangnya habis diambil oleh pereman itu, adiknya pun menangis karna melihat
hasil jerih payah mereka selama tiga hari diambil oleh peremah. Cecep pun hanya
bisa diam dan tak mampu melawan lantaran badan pereman itu jauh lebih besar
dibandingkan Cecep. Beruntungnya ia masih menyimpan uangnya Rp.5.000 di dalam
kantong celananya. Adiknya pun menangis melihat uang mereka tinggal segitu.”
Kakak uang itu kita gunakan untuk apa ?” Cecep pun hanya menjawab dengan
senyuman. Sesampainya di warung Cecep membeli nasi uduk hanya sebungkus
lantaran uangnya kurang ingin membeli dua.
Cecep memberikan nasi uduk itu
kepada adiknya. Walaupun Cecep sendiri sudah Dua hari ini berpuasa.adiknya pun
makan dengan lahap “ kakak harus makan,kita makan berdua kakak.” Namun Cecep
kini harus berbohong “kakak sudah makan, biyar adik saja yang makan.” Cecep pun
tanpa disadari meneteskan air mata melihat adiknya sedang makan.
Setelah isi perut adiknya terisi
merek melanjutkan perjalanan mencari tempat untuk menginap. Malam ini mereka
berdua lagi-lagi tidur di emperan toko. Dingin nya malam kini menjadi teman
mereka berdua kini mereka berdua sudah terbiasa dengan keadaan ini.
Pagi ini awan terlihat mendung namun
tidak menyurutkan niat mereka berdua untuk mengais sisa-sisa rezeki yang bisa
didapatnya. Dia pun kembali mengais dan
memilah sampah sampah yang ada seperti biyasa. Air kini mulai turun dari langit
seakan-akan langit menangis melihat perjalanan hidup mereka yang keras. Mereka tak menghiraukan hujan mereka terus
saja mencari sampah yang masih bisa dijual. Sekitar lima jam mereka melawan
hujan. Kini hujan mulai reda,tapi langit masih terlihat mendung entah apa yang
dirasakan oleh adiknya Cecep ia begitu gelisah entah apa yang mebuatnya
gelisah. ” Kakak jangan tinggalkan Memet yah ? “ itulah kata yang keluar dari mulut adiknya.
Sontak Cecep pun kaget “ ia adik ku
kakak akan menjaga dan menemani kamu”
Dengan tersenyum Cecep menasehati
adiknya. “ Adik ku kita hidup ini harus
melawan arus jika nanti kamu sukses jangan pernah kamu berbohong karna
kebohongan itu cepat atau lambat pasti ketahuan, kita lebih baik hidup
menderita tapi tanpa kebohongan dari pada hidup serba ada tapi hasil dari
kebohongan. Biarpun kita hidup menderita ataupun serba ada tapi kita jangan
pernah lupa akan bersyukur atas apa yang diberikan tuhan kepada kita.”
Karna
dirasa sudah cukup ia dan adiknya ingin menjualnya kepengepul. Entah apa yang
dirasakan Cecep, hari ini tak seperti biasanya. Ketika Cecep dan adiknya berjalan ingin menyebrang jalan cecep tidak
melihat ada mobil, sampainya ditengah jalan datang mobil dari arah kanan dengan
kecepatan tinggi. Cecep pun langsung mendorong adiknya “ awas adikkk” dan
naasnya mobil itu menabrak Cecep. semua orang berlarian keluar rumah ingin
melihat apa yang terjadi.
Adiknya
pun menangis semakin menjadi melihat kakaknya penuh luka dan darah. Tak
sempat dibawa kerumah sakit kini
kakaknya telah menyusul kedua orang tuanya. Memet pun begitu menyesal melihat
apa yang terjadi kepada kakaknya. Kini memet benar-benar hidup sebatang
karang. dia tidak mempunyai satupun
keluarga. Namun ia ingat pesan kakaknya tadi sebelum kakaknya pergi
meninggalkannya untuk menyusul orang tuanya. Kini ia harus berjuang sendiri
untuk melawan kerasnya hidup demi mewujudkan impian dan harapan kakaknya.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar